Yogyakarta, 2 April 2024 – Dr. Sc. Tech. Adhy Kurniawan, S.T., Bersama tim peneliti berhasil melakukan penelitian bertema “Identifikasi Tipe Loncat Air dalam Mitigasi Risiko Kecelakaan pada Wisata Arung Jeram”. Penelitian yang didanai oleh hibah Dana Masyarakat (DAMAS) Sekolah Vokasi UGM ini bertujuan untuk mendukung pengelolaan sungai berkelanjutan melalui pendekatan mitigasi risiko kecelakaan di lokasi wisata arung jeram, khususnya di Sungai Elo dan Sungai Progo bagian hulu di Jawa Tengah.
Melalui identifikasi dan mitigasi risiko loncat air (hydraulic jump), penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan wisatawan dalam aktivitas arung Jeram, Dengan meningkatkan keselamatan dan standar operasional wisata arung jeram, penelitian ini membantu menjaga keberlanjutan industri wisata ini, serta membuka peluang kerja yang lebih aman dan layak bagi masyarakat sekitar, hal ini juga sejalan dengan SDG poin 8, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga berkontribusi pada pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan dan pemanfaatan sungai sebagai destinasi wisata yang tetap menjaga kelestarian alamnya sesuai dengan SDG poin 6, Air Bersih dan Sanitasi Layak. Wisata arung jeram memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal melalui penyediaan jasa wisata dan pemandu.
Penelitian yang berlangsung selama enam bulan ini dilakukan dengan pengukuran profil aliran sungai seperti kecepatan aliran (V), kedalaman aliran (h), serta visualisasi morfologi sungai menggunakan drone. Data ini digunakan untuk mengidentifikasi tipe-tipe loncat air yang berpotensi menyebabkan kecelakaan bagi wisatawan yang melakukan aktivitas arung jeram.
Dr. Sc. Tech. Adhy Kurniawan, S.T., mengungkapkan bahwa loncat air merupakan fenomena perubahan aliran sungai dari aliran cepat dengan kedalaman dangkal menjadi aliran lambat dengan kedalaman lebih dalam, yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan. “Dengan mengidentifikasi tipe-tipe loncat air di sepanjang aliran sungai, kami berharap dapat mengurangi risiko kecelakaan melalui pemberian sinyal dan rambu peringatan di lokasi-lokasi berbahaya,” jelasnya.
Penelitian ini juga mencakup inovasi pada peralatan pendukung aktivitas arung jeram, seperti pemasangan speedometer yang terchhubung dengan internet dan GPS pada perahu karet. Peralatan ini bertujuan untuk memantau kecepatan dan posisi perahu, sehingga pengelola wisata dapat memberikan respon cepat jika terjadi kondisi darurat.
Sebagai bagian dari luaran penelitian, tim berencana untuk mempresentasikan hasil penelitian ini dalam Seminar Nasional Terapan (SNTT) 2024. Seminar ini menjadi wadah untuk berbagi hasil penelitian dengan para akademisi dan praktisi. Hasil penelitian ini juga akan dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi. Selain itu, desain rambu-rambu peringatan bahaya loncat air juga akan diajukan untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat bagi peningkatan keamanan wisata arung jeram, tetapi juga mendukung pengembangan wisata sungai secara berkelanjutan di Indonesia. “Dengan pendekatan ini, diharapkan pengelolaan wisata arung jeram dapat lebih aman dan terintegrasi dengan baik, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan alam tanpa khawatir akan risiko keselamatan,” tambah Dr. Adhy Kurniawan.