Iman Haryanto
Heru Budi Utomo
Wiryanta
Dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, kota-kota modern ditantang untuk membangun infrastruktur yang tidak hanya andal tetapi juga berkelanjutan. Salah satu inovasi yang menonjol adalah konsep depaving—praktik menghilangkan permukaan keras seperti beton dan aspal untuk mengembalikan fungsi alami tanah. Konsep ini dielaborasi sebagai infrastruktur perkotaan modern yang ramah lingkungan dan proaktif dalam mengantisipasi perubahan iklim, dengan manfaat langsung seperti meningkatkan resapan air, menciptakan ruang hijau, dan mengurangi efek pulau panas perkotaan.
Namun, tantangan utama infrastruktur depaving tradisional, yang sering hanya berupa jalan tanah, adalah kapasitas dukung bebannya yang terbatas. Di sinilah inovasi rekayasa berperan crucial. Sebuah penelitian terbaru mengeksplorasi solusi dengan menggunakan lapisan agregat yang diperkuat geocell, serta merancang perkerasan permeabel yang terdiri dari aspal porus, material granular, dan tanah-semen. Hasilnya adalah sebuah struktur yang mampu menahan beban lalu lintas sekaligus memungkinkan air hujan meresap ke dalam tanah.
Inovasi ini merepresentasikan wujud nyata dari SDG 9, di mana industri konstruksi diarahkan pada terobosan yang memadukan kekuatan struktural dengan keberlanjutan lingkungan. Dengan menentukan ketebalan perkerasan optimal yang mengakomodasi beban dan kebutuhan infiltrasi, penelitian ini tidak hanya memecahkan masalah teknis tetapi juga membuka jalan bagi pembangunan infrastruktur yang lebih tangguh, hijau, dan selaras dengan alam untuk masa depan perkotaan.
