Kuliah Tamu pada Hari Kamis tanggal 19 April 2018 di Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM kali ini disampaikan oleh narasumber dari Alumni Program Diploma Teknik Sipil FT UGM angkatan tahun 1998, Bapak Ir. Drajat Sulistyo, beliau adalah General Manager PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang Bandar Lampung (2018 – Sekarang). Sejak lulus dari D-III Teknik Sipil FT UGM beliau langsung berkarir di Pelindo II melalui jalur PNS. Kuliah dihadiri secara keseluruhan oleh 75 mahasiswa, yang meliputi 53 mahasiswa D-III dan D-IV, 10 mahasiswa pengurus KMDTS, dan 12 dosen dan teknisi/laboran. Beberapa prestasi dan penghargaan yang penting diperoleh oleh Drajat Sulistyo antarai lain sebagai berikut:
Foto 1. Ir. Drajat Sulistyo sebagai General Manager IPC Cabang Panjang Bandar Lampung
Pelabuhan merupakan salah satu bidang yang ditekuni dalam dunia teknik sipil. Di Indonesia, pengelolaan pelabuhan dibagi menjadi empat wilayah meliputi Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV. Pada Kamis (19/04/2018), Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi kedatangan Ir. Drajat Sulistyo selaku General Manager dari Pelindo II Cabang Lampung untuk memberikan kuliah tamu. Acara dimulai pukul 08.45 WIB dengan diawali menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada. Kuliah tamu yang acaranya dipandu oleh Fajar Nur Pangestu, mahasiswa angkatan 2016, ini mengangkat tema Tantangan Industri Kepelabuhan dan Pejuang Lulusan Teknik Sipil dalam Dunia Kepelabuhan.
Drajat Sulistyo memaparkan bahwa dalam kompetisi pelabuhan di dunia, Indonesia masih sangat tertinggal. Peran pelabuhan dalam jasa angkut barang masih belum maksimum, pada hal pengiriman barang melalui jalur laut jauh lebih murah dibandingkan melalui jalur darat. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia sebagai negara maritim. Di sisi lain, Presiden Jokowi sebenarnya telah mencanangkan konsep Tol Laut untuk mengatasi hal tersebut. Namun, menurut Drajat Sulistyo, konsep tersebut baru berjalan 1/4 dari keseluruhan konsep. Salah satu penyebabnya adalah ketimpangan jenis kapal. Dermaga di pelabuhan-pelabuhan kecil di Indonesia belum memiliki kedalaman yang cukup sebagai tempat bersandar kapal-kapal besar. Hal itu menyebabkan kapal-kapal besar hanya dapat bersandar di beberapa pelabuhan utama saja.
Sebelum kuliah tamu berakhir, Drajat Sulistyo membuka sesi tanya jawab bagi mahasiswa yang hadir. Penanya pertama, Calvin Pradana, bertanya perihal kebiasaan yang dijaga Drajat Sulistyo selama bekerja untuk Pelindo II. Menurut beliau, salah satunya adalah kebiasaan membaca buku yang kemudian akan membentuk karakter seseorang. Karakter yang harus dijaga selama bekerja di Pelindo II adalah rasa ingin tahu dan adaptif. Pelabuhan merupakan tempat yang kompleks sehingga menuntut penyelesaian masalah di berbagai bidang. Oleh karena itu, bekerja di Pelindo harus cepat mengerti hal baru dan mudah mengikuti irama bekerja yang dinamis.
Pertanyaan lain datang dari Dwi Ari Nur H yang menanyakan perihal magang di Pelindo II. Drajat Sulistyo menyampaikan bahwa Pelindo II membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa yang akan magang. Mengenai bidang yang dikerjakan bisa mengikuti kebutuhan mahasiswa yang bersangkutan dan disesuaikan dengan bidang pekerjaan kepelabuhanan. Biasanya untuk keperluan tugas akhir mahasiswa akan mengerjakan bidang keteknikannya. Usai acara kuliah tamu Drajat Sulistyo berkenan ramah tamah dengan para dosen dan pengurus Keluarga Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Sv UGM. Banyak saran dan motivasi dipaparkan untuk kemajuan studi mahasiswa agar menjadi lulusan yang kompeten dan siap berkompetisi di dunia kerja nanti. Terima kasih Bapak Drajat Sulistyo, selamat jalan dan terus berprestasi semoga turut Indonesia Maju.
Ringkasan Q&A
- Chen
Q : Seperti yang Bapak bilang sebelumnya, pengiriman ke China bisa jauh lebih murah daripada pengiriman dalam negeri, kira-kira apa yang melatarbelakangi hal tsb? Seperti apa kira-kira gambaran pelabuhan di China?
A : Pelabuhan terbesar saat ini ada di Shanghai. Kapal-kapal di sana muatannya banyak, pengiriman pun jadi lebih murah. Orang-orang China punya karakter luar biasa disiplin, taat aturan, dan struggling. Jelas dari situ bisa dilihat bagaimana China bisa mengatur pelabuhannya jadi seperti sekarang ini.
- Chen
Q : Apa habit yang Bapak biasa terapkan selama ini?
A : Saya suka baca buku, buku apa saja, setiap bulan setidaknya satu buku. Saya rasa untuk di Pelindo sendiri, dibutuhkan sekali sifat cepat belajar dan adaptif. Di pelindo itu kan banyak challenge, saya sendiri suka tantangan, kita dituntut untuk cepat mengerti dan bisa ikut irama bekerja yang seperti itu.
- Agus
Q : Bagaimana untuk dwelling time di pelabuhan itu sendiri?
A : Itu jadi salah satu masalah di Indonesia. Kalau dwelling time diatur dengan baik, tentu cost akan semakin murah. Bea cukai, karantina, dan Pelindo, ketiga itu yang harus diperkuat untuk mengatasi masalah ini.
- Billy
Q : Apa pambaharuan yang Bapak harapkan untuk ada di Pelindo II?
A : Saya mengharap pembaharuan di pengaturannya sendiri. Akan lebih efektif, jika seluruh elemen dalam pelabuhan dapat dipantau dan diatur dari gadget.
- Amin
Q : Apa saja indikator keberhasilan Tol Laut dan hambatan yang ada menurut Bapak?
A : Tol Laut sudah dikatakan berhasil kalau sudah terjadi kontinuitas di sana, sehingga daerah-daerah terpenuhi kebutuhannya. Hambatannya ada di ketimpangan jenis kapal, pelabuhan-pelabuhan kecil itu belum mampu menampung kapal bermuatan besar.
- Ari
Q : Apa ada kesempatan mahasiswa DTS untuk magang di Pelindo II, Pak? Kalau ada kira-kira apa yang bisa kami kerjakan di sana?
A : Wah, jelas bisa. Pelindo II membuka kesempatan luas bagi mahasiswa yang ingin magang. Untuk bidang yang dikerjakan bisa menyesuaikan kebutuhan. Kalau untuk TA sendiri, mahasiswa bisa bekerja di bidang keteknikannya.
- Jare
Q : Apa ada dampak Tol Laut bagi MEA, Pak?
A : Justru Tol Laut diadakan supaya kita tidak bergantung pada dunia luar. Kita ini negara kaya laut, kalau sampai potensi itu dibiarkan ya kita tidak akan maju. Transportasi darat dibanding laut, jauh lebih murah dan efektif laut. Potensi ini yang sedang berusaha digali untuk mengangkat Indonesia, terutama daerah-daerah terpencil, supaya tidak kalah saing.
- Hery
Q : Apa yang membuat ketimpangan jenis kapal itu sendiri, Pak? Apakah memang tidak ada kapalnya di Indonesia atau bagaimana?
A : Dermaga di pelabuhan-pelabuhan kecil itu kan tidak bisa menampung kapal bermuatan besar. Kalau saya yang jadi pengusaha kapal itu sendiri, jelas pengadaan kapal besar kurang menguntungkan dibanding pengadaan kapal-kapal kecil. Kapal-kapal besar tidak bisa bersandar di banyak dermaga, sedangkan kapal-kapal kecil mampu, meskipun nantinya membuat pelabuhan jadi crowded.