Yogyakarta, 25 Oktober 2023—Kabar prestasi dari bidang videografi, Mahasiswa DTS, Fahrizal Ariebowo TRPBS 2021 berhasil menoreh prestasi dengan memperoleh juara 2 dalam lomba Videography Class Competition (VGCC) 4.0 yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Komunikasi Terapan, Universitas Sebelas Maret.
Lomba VGCC 4.0 ini merupakan lomba film pendek terbuka tahunan yang diselenggarakan oleh HIMAKOMTER (himpunan mahasiswa komunikasi terapan) dari UNS (Universitas Sepuluh November). Lomba ini bisa diikuti oleh siswa, mahasiswa, hingga masyarakat umum dalam skala nasional. Tahun ini, VGCC 4.0 memiliki 2 cabang lomba, yaitu cabang film pendek dan juga cabang poster. VGCC tahun ini juga memiliki webinar nasional yang mendatangkan influencer terkenal Danang Giri Sadewa. Tema VGCC 4.0 tahun ini adalah “Kebebasan Berpendapat dan Cerdas Bermedia Sosial Dalam Era Politik Digital”. Lomba ini diadakan selama 2 bulan dari awal Agustus sampai Sepember.
Fahrizal menuturkan, Tim “Andhap Acitya” adalah nama sementara yang diambil untuk mewakili orang-orang yang terlibat dalam produksi film pendek ini. Andhap diambil dari bahasa sansekerta yang artinya rendah, dan acitya juga dari bahasa sansekerta artinya ilmu. Jadi pengartian secara bebas dari andhap acitya adalah merendah (hati) dalam mencari ilmu. Andhap sendiri terdiri dari pemimipin dan pelaksana produksi Fahrizal dan 4 orang aktor yang bernama Nadia Eka Febriyanti (Sekolah Vokasi 22), Radhin Arsyad Ibrahin (Fakultas Teknik 21) Anis Nasrullah (FMIPA 21) dan Sofiana Hanifa (FEB 21). Namun karena para aktor tidak terlibat dalam proses produksi utama (Script, Cast, Equipment Management, Producer, Editing, Sound Editing, hingga submission) maka para aktor diberi fee yang sesuai dengan workload masing-masing semasa produksi berlangsung.
Video yang dibuat berjudul “BUKTI tanpa BUKTI”, menceritakan tentang seorang jurnalis dan admin sosial media sebuah E-Magazine yang besar di negaranya. Berlatar di alternate Indonesia, sebuah isu politik di masa gencarnya pemilu muncul di hadapannya. Isu ini berupa aib dan informasi kejahatan yang dilakukan seorang tokoh politik besar yang sedang melakukan kampanye. Meskipun sudah diperingatkan untuk mencari tahu terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut, namun sang jurnalis tidak menggubrisnya dan tetap memberitakan informasi tidak jelas tersebut ke majalah elektronik yang ia pegang.
Namun, konsekuensi akan apa yang ia lakukan tidaklah ringan, karena adanya media elektronik raksasa membuat semua orang mengetahui informasi dengan sangat cepat dan luas, tidak peduli apakah informasi tersebut benar atau salah. Jadi, video ini menceritakan tentang konsekuensi dari kebiasaan seseorang yang suka menyebarkan informasi meski belum tau informasi tersebut benar atau salah, karena bisa jadi informasi yang salah merugikan banyak orang.
“Kesan yang saya dapat dari lomba ini adalah betapa rumitnya produksi film. Karena ada banyak sekali yang harus dipersiapkan dari script, aktor, properti, lokasi syuting, equipment, pengarahan, angle kamera, hingga ke editing video. Semua ini tidak akan bisa dicapai tanpa saya memiliki teman yang mau membantu akting dengan fee yang memang tidak terlalu banyak. Banyak capeknya tapi banyak juga pelajaran yang bisa diambil. Film yang saya buat memang tidak sempurna, tapi saya belajar banyak error dari pengerjaan video dan bertekat untuk bisa berkarya lebih baik lagi.”pungkasnya.